rip Freedom Project: June 03, 2007

Friday, June 08, 2007

Live In Part One

Akhir Mei 2007 menjadi sebuah memori baru , yang belum pernah dialami oleh putri sulung kami seumur hidupnya, ketika selama 10 hari pergi, tinggal, beradaptasi dan hidup seperti yang empunya rumah di sebuah dusun di kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo .Seperti home stay - istilah kerennya-cuma bukan keluar negri , tapi back to ndeso, root of the basic community .

Bagi yang masih asing dengan nama Kulon Progo, ini sekedar pelajaran ilmu bumi dan geografi yang pernah kita sama sama pelajari di bangku SMP (???), KP merupakan satu dari lima Kabupaten di propinsi DIYogyakarta, ibukota kabupatennya Wates, kira kira 30km dari Yogya.
Letak geografi
snya berada pada 7d 38'42" - 7d59'3" Lintang Selatan dan 110d 1'37" - 110d 16' 26" Bujur Timur, dan terdiri dari 13 kecamatan 88 desa dan 930 dusun (hhmmmmm).
Samigaluh sendiri terbagi atas 7 desa dan 106 dusun merupakan kecamatan kedua terbesar dengan luas 69,29 km2 dari total 568,28 km2.

Dusun Ngalian menjadi tempat destinasi sebagian kelompok anak 'kota' yang nota bene semuanya cewe, untuk mencari 'sesuatu' yang tidak bisa didapatkan di kota metropolitan Jakarta.

Apasih yang dicari dari program homestay ke dusun ini ? Selain tradisi turun temurun dari sekolah putri yang punya cukup reputasi ini, tentunya pengelola sekolah ingin mengajarkan/ menerapkan/merasakan secara "live n exclusive" bahwa CORE VALUE masih menempati urutan tertinggi dan prioritas di sebagian dari komunitas bangsa ini.
Kejujuran, integritas, k
eramah tamahan, penerimaan , penghargaan begitu tulus - yang tentunya sudah merupakan barang langka di kota seperti Jakarta- terjadi secara natural dan merupakan bagian dari kehidupan komunitas Samigaluh.

Keluarga Soebono ( tunggu di Part TWO in detail ) merupakan contoh dari sekian banyak warga dusun Ngalian yang hidup dalam kesederhanaan ditengah kompeksnya nilai nilai, seringkali dalam praktek keseharian berapa banyak kita dilema dalam banyak hal, konflik nilai, hal hal yang dasar sudah tidak menjadi prioritas untuk dicontohkan pada suksesor kita, sehingga jangan heran jika nanti akan banyak komunitas yang ling lung dikemudian hari.

Memory- salah satu bagian terpenting dalam hidup- seandainya (dan tentunya begitu ) kita bisa memilih, apakah akan diisi dengan yang positif atau negatif, baik atau kurang baik, berkesan atau kurang berkesan, semua hal merupakan PILIHAN. Sekolah ini memilih mendidik putri2nya untuk menjadi pribadi yang menjunjung tinggi dan mempunyai way of thinking bahwa sesuatu yang mendasar tetaplah abadi. Dengan memberikan Memory yang tak terlupakan , memberikan suatu ikatan nilai yang memorable. Kejujuran dan nilai nilai dasar lainnya merupakan barang yang terus harus diperjuangkan dari gen ke gen,dihayati dan menjadi bagian dari kehidupan kita semua.
Semoga demikian ........................